Jumat, 13 Desember 2013

TAKWA



BAB I
TAKWA
1.                  Pengertian , Ruang lingkup dan kedudukan takwa
Taqwa (takwa) berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah,yang berarti takut menjaga memelihara,  dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka takwa dapat di artikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengalaman ajaran agama Islam secarah utuh dan konsisten (istiqomah).Allah swt.Berfirman :

Artinya : bukankah kebajikan itu (di dalam urusan) kamu memalingkan muka kamu ke pihak timur dan barat, tetapi kebajikan iitu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan malaikat-malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi, dan mendarmakan harta yang sedang ia cinta itu kepada keluarga dekat dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin dan orang-orang yang terputus di perjalanan dan orang-orang yang minta, dan di dalam (urusan) menebus hamba-hamba, dan mendirikan shalat, mengeluarkan jakat,menyempurnakan janji apabila berjanji, sabar di waktu kepayahan, kesusahan dan di waktu perang. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.(Al-baqarah, 2:177.
Ayat di atas menjelaskan tentang krakteristik orang-orang yang bertakwa, yang secara umum dapat di kelompokkan ke dalam lima kategori atau indicator ketakwaan.
Pertama, man kepada Allah, para malaikat, kitab- kitab dan para nabi.dengan kata lain, instrumen ketakwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitra iman.
Kedua, mengeluarkan harta yang di kasihinya kepada kerabat,anak yatim, orang-orang yang miskin, orang-orang yang terputus di perjalanan, orang-orang yang minta-minta dana, orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indicator takwa yang kedua ini, dapat di singkat dengan mencintai sesame umat manusia yang di wujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
Ketiga, mendirikan shalat dan menunaikan jakat, atau dengan kata lain, memili      ibadah formal.
Keempat , menepati janji,  yang   dalam  pengertian  lain  adalah  memelihara  ke hormatan diri.
Kelima, sabar disaat kepayahaan, kesusahan dan di waktu perang, atua dengan kata lain memiliki semangat perjuaan.
Takwa yang di tunjukkan dalam ayat di atas dengan lima indicator, pada dasarnya dapat disarikan dalam dua kecenderungan sikap, yaitu :
1.                  Sikap konsisten memelihata hubungan secara vertical dengan Allah swt,. Yang di wujudkan melalui iktikad dan keyakinan yang lurus, ketulusan dalam menjalankan ibadah dan kepatuhan terhadap ketentuan dan aturan yang dibuat-Nya.
2.                  Memelihara hubungan secara horizontal, yakni cinta dan kasih sayang kepada sesama umat  manusia yang diwujudkan dalam segala tindakan kebajikan.
Melihat karakteristik takwa di atas, maka takwa meliputi keseluruhan aspek kemanusiaan,baik keyakinan, ucapan, maupun perbuatan yang mencerminkan konsisten seseorang terhadap nilai-nilai ajaran islam. Karena itu, takwa merupakan nilai tertinggi yang hendak dicapai oleh setiap muslim. Nilai-nilai lain yang dimiliki manusia tidak berarti apa-apa di hadapan Allah, sebagaimana difirman Allah:
Artinya: sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu…..
(Al-hujarat,49:13)
2.         Hubungan dengan Allah swt.
Seorang yang bertakwa (muttaqi) adalah orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat. Memelihara hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga dapat menghindari dari kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Karena itu inti ketakwaan adalah melaksanakan perintah  Allah dan menjauhi larangannya.
Memelihara hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan tugas perhambaan dengan melaksanakan ibadah secarah sungguh-sungguh (khusuk) dan iklas seperti mendirikan shalat dengan khusuk dan penuh penghayatan sehingga shalat memberikan bekas dan memberi warna dalam kehidupannya.Melaksanakan puasa dengan ikhlas melahirkan kesabaran dan pengendalian diri.Zakat mendatangkan sikap peduli dan menjauhi diri dari ketamakan dan kerakusan.Dan haji mendatangkan sikappersamaan, menjauhkan dari takabur dan mendekatkan diri kepada Allah.
Memelihara hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan ysng dilarang Allah, yaitu perbuatan dosa dan kemungkaran. Melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah pada dasarnya adalah bentuk-bentuk perilaku yang  lahir dari pengandalian diri atau mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam dirinya.
Hubungan seseorang dengan Allah dilakukan secara terus menerus dengan selalu mengingat (zikir) kepada Allah, sehingga Allah dirasakan begitu erat. Apabila ini telah terjadi wujud Allah akan dirasakan hadir setiap saat sehingga tidak ada kesempatan untuk tidak melaksanakan perintah atau melanggar larangan-Nya.
Islam menyuru manusia agar menghambakan dirinya kepada Allah; menyandarkan diri kepada-Nya, meminta bantuan dan pertolongan dari-Nya, dan mencari rido serta cinta-Nya. Sebab Allah adalah segalah sumber kebenaran,kemuliaan, kesucian, ketenangan, keharmonisan, dan keselamatan.
Selain  ibada formal,segala amal perbuatan baik dikerjakan dengan berlandaskan iman dinilai sebagai  ibadah. Dengan demikian, setiap manusia yang menghambakan dirinya kepada Allah swt.Dan berbuat sebanyak-banyaknya kebajikan di dalam segala aspek hidupnya.
 melalui kecenderungan untuk menghambakan diri kepada Allah semata dan menyelaraskan kipra hidup secara konsisten kepada Islam.yakni dengan berpegang teguh bepedoman secara utuh dan meneluruh kepada A-quran dan sunnah nabi-Nya.
3.Hubungan dengan sesama manusia
Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia. Orang yang bertakwa akan dapat di lihat peranannya di tengah-tengah masyarakat. Sikap takwa tercermin dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan keberpihakan pada kebenaran dan keadilan. Karena itu, orang yang takwa akan menjadi motor penggerak gotong-royong dan kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan kebajikan.
Allah menjabarkan ciri-ciri orang yang yang bertakwa dengan ciri-ciri perilaku yang berimban  antara pengabdian formal kepada Allah dengan hubungan sesama manusia.

Bukankah kebajikan itu (di lakukan urusan) kamu memalingkan muka kamu ke pihak timur dan barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan)orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan malaikat-malaikat, kibab-sebab dan nabi-nabi, dan mendermakan harta yang sedang ia cintai itu kepada keluarga dekat dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin dan orang yang terputus diperjalanan dan orang-orang yang minta, dan di dalam(urusan) menebus hamba-hamba, dan mendirikan shalat, dan mengeluarkan jzakat, dan menyempurnakan janji apabila berjanji, dan sabar di waktu kepayahan dan kesusahan dan di waktu perang. Mereka itulah orang-orang yang bertakwa (Al-baqara,2:177 ).
Pada ayat di atas Allah swt.Menerangkan bahwa di antara ciri-ciri orang yang bertakwa itu ialah orang-orang yang beriman kepada Allah, Hari kemudian, malaikat-malaikat, dan kitab-kitab Allah.Aspek-aspek tersebut merupakan dasar keyakinan yang dimiliki orang yang takwa dan dasar hubungan dengan Allah dalam bentuk ubidiah. Selanjutnya Allah menggambarkan hubungan kemanusiaan, yaitu mengaluarkan harta ,dan orang-orang yang menempati janji. Dalam ayat itu Allah menggambarkan dengan jelas dan indah, bukan saja karena aspek tenggang rasa terhadao manusia dijelaskan secara terurai, yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi juga mengeluarkan harta yang diposisikan  diantara aspek keimanan dan shalat.

Setelah aspek shalat, diuraikan mengenai aspek tenggang rasa dalam bentuk mengalurkan zakat dan menempati  janji . Dalam zakat terkandung  perhatian, kepedulian dan tenggang rasa. Betapa indahnya Alquran melukiskan karakteristik orang-orang  yang bertakwa.
Demkian pula pada Surat Ali Imran, 3:134, Allah swt.Menunjukan bahwa  kepedulian orang-orang yang bertakwa terhadap saudaranya sesama manusia itu tidak mengenal situasi dan kondisi; kesediaan untuk membantu saudaranya akan selalu diwujudkan baik dalam keadaan senang ataupun susah,Firman Allah berfirman yang artinya:
(Yaitu)Orang-orang yang menderma di waktu senang dan susah, dan menahan marah, dan memaafkan manusia.Dan Allah mengasihi mereka yang berbuat kebajikan.”(Ali Imran,3:134)
Firman-firman  Allah di atas mengajarkan bahwa subtansi ibadah kepada Allah swt bukanlah pemenuhan ibadah formal kepada Allah swt. Semata, tetapi juga pengabdian terhadap sesame umat manusia , yang diwujudkan dalam bentuk tolong menolong,memaafkan orang lain, menempati janji,kepedulian dan menegakan keadila.
4.Hubungan dengan Diri Sendiri
Dalam hubungan dengan diri sendiri ketakwaan ditandai dengan ciri-ciri antara lain:
1.         Sabar, yaitu sikap diri sendiri diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya sendiri,baik Perintah,larangan , maupun musibah yang menimpanya. Sabar terhadap perintah adalah menerima dan  melaksanakan perintah dengan ikhlas. Dalam melaksanakan perintah terhadap upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu dapat di laksanakan dengan baik.Disini diperlukan kesabaran yang lahir dari dalam diri sebagai ungkapan penerimaan dirinya terhadap perintah yang datang kepadanya.Demikian pula sabar terhadap larangan Allah harus ada upaya pengendalian diri agar larangan tersebut dapat dihindari.
2.         Tawakal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar dan usaha kepada Allah. Tawakal bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya usaha maksimal tetapi hasil diserahkan seluruhnya kepada Allah yang menentukan.
3.         syukur, yaitu sikap berterimakasi atas apa saja yang di berikan Allah atau sesame manusia. Bersyukur kepada Allah adalah  berimakasih terhadap apa saja yang telah diberikan Allah sesuai dengan keharusannya.
4.         berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsukuen dari komitmen dari dirinya terhadap kebenaran. Jadi berani berkaitan dengan nilai-nilai kebenaran. Keberanian lahir dari hubungan seseorang dengan dirinya terutama berkaitan dengan pengendalian dari sifat-sifat buruk yang datang dari dorongan hawa nafsunya, sebagaimana disabdakan Rasulullah:
Bukanlah orang  yang gagah berani itu lantaran dia cepat melompati musuhnya di dalam pertempuran, tetapi orang yang berani ialah orang yang bisa menahan dirinya dari kemarahan (Hadis riwayat Abu Daus)
5.Hubungan dengan lingkungan hidup
Yang bertakwa adalah manusia yang memegang tugas kekhalifahannya di tengah alam, sebagai subyek yang bertanggung jawab mengelolah dan memelihara alam lingkungannya. Sebagai pengelolah ia akan memanfaatkan alam untuk kesejatraan hidupnya di dunia tanpa merusak dan membinasakannya. Alam dengan segala potensi yang ada di dalamnya di ciptakan Allah untuk di olah dan di manfaatkan menjadi barang jadi yang berguna untuk manusia.
Alam yang penuh dengan sumber daya ini mengharuskan manusia untuk bekerja keras menggunakan tenaga dan pikirannya sehingga dapat menghasilkan barang yang bermanfaat bagi manusia.
Di samping itu,  manusia bertindak pula  sebagai penjaga dan pemelihara lingkungan alam. Menjaga lingkungan adalah memberikan perhatian dan kepedulian kepada lingkungan hidup dengan saling memberikan manfaat. Manusia memanfaatkan lingkungan untuk kesejatraan hidupnya,tanpa merugikan lingkungan itu sendiri.
Orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menyikapi lingkungan dengan sebaik-baiknya.Ia dapat mengelolah lingkungan sehingga menghasilkan manfaat bagi manusia dan sekaligus memeliharanya agar tidak habis atau musnah.
Fenomena kerusakan lingkungan sekarang ini menunjukkan bahwa manusia jauh dari ketakwaan. Mereka mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi pada lingkungan itu di masa depan sehingga malapataka membayangi kehidupan manusiahutan yang di babat habis melahirkan bencana banjir dan erosi tanah dan kebakaran hutan yang merugikan manusia.Allah berfirman:
Artinya:telah tanpa kerusakan di dart dan di laut di sebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar-ruum, :30:41)
Bagi orang yang takwa lingkungan alam adalah nikmat Allah yang harus di syukuri dengan cara memanfaatkannya sesuai dengan keharusannya dan memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Di samping nikmat Allah, ala mini juga adalah  amanat yang harus di pelihara dan di rawatkannya dengan baik. Mensyukuri nikmat Allah dengan cara yang demi kian itu akan menambah kadar dan kualitas nikmat yang akan di berikan Allah kepada manusia. Tambahan nikmat itu dalam bentuk nilai tambah manfaat dari lingkungan alam. Sebaliknya orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah akan di beri azab yang menyedihkan. Azab Allah dalam kaitan ini adalah bencana alam akibat eksploitasi alam yang tanpa batas karena kerakusan manusia.Inilah yang di syaratkan Allah swt. Dalam ayat:
Artinya :kalau kalian bersyukur, tentu Aku akan tambah (nikmat) untukmu, tetapi apabila kamu kufur (terhadap nikmat itu), sungguhnya azab-Ku sungguh sangat berat. (Ibrahim, 14:7)
Demikianlah ketakwaan suatu masyarakat dapat membawa dampak yang besar bagi kebaikan masyarakat itu, sebaliknya kehancuran masyarakat akan datang bila ketakwaan telah menghilang di tengah-tengah masyarakat. Karena itu sangat tepat tindakan bangsa kita yang meletakkan takwa sebagai salah satu tujuan dari pendidikan nasional.


BAB III
KESIMPULAN

Ketaatan dan kepatuhan seorang hamba secara nyata diperlihatkan dalambentuk ibadah ritual atau ibadah mahdhah, Bentuk-bentuk ibadah langsung keoadaAllah terdiri dari gerakan-gerakan, ucapan-ucapan dan perilaku khusus. Perilaku-perilaku ibadah tersebut ditetapkan secara standar sesuai dengan perintah Allahdan cotoh rasulullah, Hal ini menunjukkan bukti ketaatan dan kepatuhan tanpareserve.Gerakan salat yang sesuai dengan perintah Allah menggambarkan ketaatankepada Allah, karena itu, dalam gerakan maupun bacaan salat tidak bolehberubah, bahkan dimengerti atau tidak, tidak menjadi menjadi syarat keabsahansalat sebab yang diperlukan di sini adalah ketaatan pada aturan.


DAFTAR PUSTAKA

Husein, Mochtar. 2008. Hakikat Islam Sebuah Pengantar Meraih Islam Kaffah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Mufid AR, Ahmad. 2008.  Tanya Jawab Aqidah Islamiah. Yogyakarta : Insan Madani.
Azra. Azumardi, Dr. Prof. Dkk,Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum
: Jakarta. 2002
Cholid, M, Drs. M, M.Ag, dkk. Pendidikan Agama Islam untuk
PerguruanTinggi,Bandung:STPDN Press, 2003
Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri,
Penerbit.PT Ahsana Indah Kitab, Jakarta. 1994
Nata, Abudin, H, Drs, M.A, dkk.Ensiklopedii Islam, Jakarta
: PT. Ichtiar BaruVan Hoevem 1996

Tidak ada komentar:

Posting Komentar