BAB
II
PEMBAHASAN
A. Akal, Ilmu Pengetahuan, dan Wahyu dalam Islam
1.
Akal
Akal
adalah perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (hati) manusia, antara
pikiran dan emosi manusia. Intelek adalah alat untuk memperoleh pengetahuan
untuk alam nyata. Sedangkan intuisi adalah alat untuk alam tak nyata. Dalam
membentuk pengetahuan ia dapat melakukan lompatan dari tidak tahu tiba-tiba
menjadi tahu.
Pengajaran
melalui intelek hanya mengubah seseorang sedikit demi sedikit, dan pendidikan
melalui intuisi dapat mengubah seseorang dengan cepat.
Tetapi pada kenyataan hidup manusia kedua lembaga pengetahuan dalam jiwa manusia itu tidak dapat bekerja secara terpisah sepenuhnya. Keduanya saling berinteraksi dan mempengaruhi , dan itulah yang menentukan corak akal manusia. Intelek manusia harus dilatih dan dikembangkan sehingga memiliki ketajaman yang tinggi. Apabila intelek dan intuisi sudah terasah maka kerja akl manusia menjadi demikian sensitifnya.
Tetapi pada kenyataan hidup manusia kedua lembaga pengetahuan dalam jiwa manusia itu tidak dapat bekerja secara terpisah sepenuhnya. Keduanya saling berinteraksi dan mempengaruhi , dan itulah yang menentukan corak akal manusia. Intelek manusia harus dilatih dan dikembangkan sehingga memiliki ketajaman yang tinggi. Apabila intelek dan intuisi sudah terasah maka kerja akl manusia menjadi demikian sensitifnya.
2.
Ilmu
Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan adalah suatu sistem pengetahuan dari berbagai pengetahuan yang
menjadi satu. Ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual
yang saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan
pengamatan. Ilmu pengetahuan tidak dipahami sebagai pencarian kepastian,
melainkan sebagai penyeledikan yang berkesinambungan.
Ilmu
pengetahuan juga bisa merupakan upaya menyingkap realitas secara tepat dengan
merumuskan objek material dan objek formal. Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang
bercorak empiristik dengan metode kuantitatif (matematis) lebih dominan
menduduki dialektika kehidupan masyarakat. Hal ini terjadi karena dipengaruhi
oleh perkembangan pemikiran bahwa
ilmu pengetahuan
harus terlepas dari lingkungan teologik yang bersifat mistis,
ilmu pengetahuan harus bebas dari lingkungan metafisik yang
bersifat abstrak,dan ilmu pengetahuan harus menemukan otonominya sendiri dalam
lingkungan positifistik.
Menurut
beberapa pakar, ilmu pengetahuan didefinisikan sebagai rangkaian aktifitas
berfikir dan memahami dengan mengikuti prosedur sistematika metode dan memenuhi
langkah-langkahnya. Dengan pola tersebut
maka akan dihasilkan sebuah pengetahuan yang sistematis mengenai fenomena
tertentu, dan mencapai kebenaran, pemahaman serta bisa memberikan penjelasan
serta melakukan penerapan.
Menurut
Jujun, cabang atau bentuk ilmu pada dasarnya berkembang dari cabang utama,
yakni filsafat alam yang kemudian berafiliasi di dalamnya ilmu-ilmu alam (the
natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang menjadi
menjadi cabang ilmu-ilmu social (the social scienceS). Ilmu alam ini
bertujuan untuk mempelajari zat yang membentuk alam semesta. Ilmu ini kemudian
membentuk rumpun keilmuan yang lebih spesifik, misalnya sebagai ilmu fisika
yang mempelajari tentang massa dan energi, ilmu kimia yang membahas tentang
substansi zat, ilmu astronomi yang berusaha memahami kondisi benda-benda langit
dan ilmu-ilmu lainnya. Dari rumpun keilmuan ini kemudian membentuk
ranting-ranting baru, contohnya dalam fisika ada yang namanya mekanik,
hidrodinamika, bunyi dan seterusnya yang masih banyak lagi.
3.
Wahyu
Wahyu
adalah tuntutan yang diberikan Allah Sang Pencipta kepada para hamba-Nya dan
ciptaan-Nya dalam menjalankan fungsi kehidupannya di alam semesta. Sebenarnya
cara yang dipakai Al-Quran dengan kata wahyu menunjukkan bahwa Al-Quran memandangnya
sebagai suatu milik hidup yang universal, sekalipun kodrat dan waktunya berbeda
menurut perbedaan tingkat-tingkat kehidupan itu. Wahyu mencegah pemikiran
seseorang dari pengaruh hawa nafsu dan kecenderungan dominasi akal rasional. Hal
ini menyebabkan agama wahyu menjadi sebuah sistem hidup yang dibangun bukan
dengan landasan kepentingan manusiawi. Imam Sayuti berpendapat bahwa
hadist-hadist Rasulullah SAW, pada dasarnya adalah wahyu juga, tetapi Jibril
menyampaikannya dalam bentuk makna. Sedangkan Al-Quran adalah wahyu yang
disampaikan dalam bentuk lafaz.
B.
Karakteristik
dan Klasifikasi Ilmu dalam Islam
1.
Sumber
dan Metode Ilmu
Ilmu
dalam Islam berdasarkan paham kesatupaduan yang merupakan inti wahyu Allah SWT.
Turunnya wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW membawa semangat baru bagi
ilmu pengetahuan. Lahirnya Islam membawa manusia kepada sumber-sumber
pengetahuan lain dengan tujuan baru, yakni lahirnya tradisi intelek induktif.
Al-Quran menganggap
“anfus” (ego) dan “afak” (dunia) sebagai sumber ilmu pengetahuan. Ilmu dalam
Islam memiliki kapasitas yang sangat luas. Al-Quran melihat tanda-tanda
kebenaran dalam matahari, bulan, pergantian siang dan malam, dan peredaran
sejarah di antara bangsa-bangsa sebagaimana disebut dalam surat Al-Imron,3:140.
Pengarahan obyek yang kongret ini telah melahirkan tradisi induksi yang kritis,
dinamis, dan intelek.
2.
Keterbatasan
Ilmu
Manusia
diberi anugrah oleh Allah dengan alat-alat kognitif yang alami pada dirinya.
Dengan alat ini manusia mengadakan observasi, eksperimentasi, dan
rasionalisasi. Namun demikian alat-alat ini bukanlah sesuatu yang sempurna.
Pandangan mata dan struktur ingatan manusia memiliki kemampuan terbatas yang dapat menyebabkan distorsi baik dalam
pengambilan data observasi, eksperimen, ataupun rasionalisai.
Keterbatasan
ilmu manusia tidak menghilangkan makna ayat-ayat Allah di alam samesta yang
diciptakan agar manusia dapat mengenal eksistensi-Nya. Secara relatif, semakin
dalam ilmu seseorang akan mengantarkannya kepada penghayatan akan keberadaan
dan keagungan Allah yang semakin dalam.
3.
Klasifikasi
Ilmu
Pada
dasarnya ilmu dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu ilmu-ilmu tanziliyah dan
ilmu-ilmu kauniyah. Ilmu-ilmu tanziliah adalah ilmu yang dikembangkan oleh akal
manisia terkait dengan nilai-nilai yang diturunkan Allah baik dalam kitab
maupun hadist Rasulullah SAW. Sedangkan ilmu-ilmi kauniyah adalah ilmu yang
dikembangkan oleh akal manusia karena interaksinya dengan alam.
Bersumber
pada ayat-ayat Allah SWT, di alam raya ini manusia melahirkan banyak sekali
cabang-cabang ilmu, misalnya ilmu kealaman, ilmu kemanusiaan, dan ilmu sosial.
Ilmu kealaman melahirkan ilmu astronomi, fisika, kimia,dll. Ilmu kemanusiaan
melahirkan ilmu psikologi, bahasa,dll. Ilmu sosial melahirkan ilmu politik,ekonomi,
hukum,dll.
Antara
ilmu tanziliah dan kauniyah tidak bisa dipisahkan. Ilmu tanziliah berfungsi
menuntun jalan kehidupan manusia, sedangkan ilmu kauniyah menjadi sarana
manusia dalam memakmurkan alam ini. Ilmu kauniyah dapat memperkuat bukti-bukti
keagungan Allah.
C.
Kewajiban
Menuntut Ilmu
1.
Penghargaan
Terhadap Ilmu
Penghargaan
Islam terhadap ilmu pengetahuan sangatlah tinggi karena sesungguhnya hal ini
merupakan cerminan penghargaan bagi manusia itu sendiri. Manusia makhluk
satu-satunya yang secara potensial diberi kemampuan untuk menyerap ilmu
pengetahuan. Penghargaan ini daoat dilihat dari beberapa aspek:
· Turunnya
wahyu pertama kepada Rasulullah SAW
· Banyaknya
ayat Al-Quran yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal, pikiran, dan
pemahaman.
· Allah
memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu dari pada orang yang bodoh
· Pemahaman
terhadap ajaran agama harus berdasarkan ilmu
· Dalam
menentukan orang-orang pilihan yang akan memimpin manusia di bumi, Allah
melihat sisi keilmuwannya.
· Allah
menganjurkan kepada orang yang beriman untuk senantiasa berdoa bagi pertambahan
keleluasaan ilmunya.
2.
Perintah
Menuntut Ilmu
Menuntut
ilmu adalah bagian yang sangat penting dari pengalaman ajaran Islam. Ilmu menunjukkan seseorang pada
jalan kehidupan yang memberikan keyakinan. Oleh karena itu dalam Islam terdapat
kewajiban untuk menuntut ilmu baik secara pribadi ataupun berkelompok.
Rasulullah bersabda:
Barang
siapa yang menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugrahi Allah
kepadanya jalan ke surga. (hadist riwayat muslim)
Menuntut
ilmu wajib atas tiap-tiap muslim (hadist riwayat ibnu majah)
3.
Model
Kewajiban
Seseorang
yang telah mencapai usia baligh, maka wajib bagi dirinya untuk mengetahui
pokok-pokok ajaran agama-Nya. Ia wajib untuk memehami dua kalimat syahadat.
Kewajiban menuntut ilmu yang terkait dengan kepentingan tiap individu muslim
disebut dengan fardu ain.
Dr. Yusuf Qarddawi
menyebutkan empat macam ilmu yang termasuk ke dalam fardu ain, yaitu:
·
Ilmu mengenai aqidah yakiniyah
(prinsip-prinsip aqidah yang perlu dipercayai) yang benar, selamat dari syirik.
·
Ilmu yangmembuat ibadah seseorang
terhadap Tuhannya berjalan dengan benar sesuai dengan ketentuan yang
disyariatkan.
·
Ilmu yng dengannya jiwa dibersihkan,
hati disucikan, segala keutaman yang kemudian diamalkan.
·
Ilmu yang bisa mendisiplinkan tingkah
laku dalam hubungan seseorang dengan dirinya
ataupun dengan orang lain baik muslim atau non-muslim.
Sedangkan ilmu
yang keberadaanya terkait dengan kepentingan masyarakat muslim dan masyarakat
umum termasuk dalam fardu kifayah. Ilmu-ilmu yang termasuk dalam fardu kifayah
adalah ilmu yang terkait dengan pendalaman pemahaman syariat seperti tafsir,
ilmu ustalah hadist, ilmu usul fiqh, dll.
D. Ilmu Pengetahuan Dengan Agama
1.
Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Agama
Menurut
Muhammad Abduh, agama merupakan sebuah produk Tuhan. Tuhan juga mengajarkannya
kepada umat manusia, dan membimbing manusia untuk menjalankanya. Agama
merupakan alat untuk akal dan logika, bagi orang-orang yang ingin kabar gembira
dan sedih, agama menurut sebagian orang
merupakan sesuatu hal yang menyangkut hati; suatu hal yang sangat berarti;
suatu hal yang menuntun jiwa untuk menemukan keyakinan. Agama dengan
eksistensinya telah membuatnya berbeda dengan segala apa yang pernah ada,
membuatnya berbeda dengan dengan segala yang pernah dimiliki manusia. Agama
membuat orang melakukan aktifitas yang harus bersesuaian dengan apa yang
diajarkannya, baik tuntunan itu berat ataupun ringan. Agama menjadikan
kehidupan manusia lebih teratur dalam kehidupannya, karena segala dorongan dan
keinginannya menjadi lebih terarah. Agama menjadi pemimpin roh jiwa manusia. Ia
juga berperan aktif membimbing manusia untuk memahami ajaran-ajaranya.
Diibaratkan seorang manusia layaknya seorang yang berada diujung pedang, jika
salah maka orang tersebut mati olehnya, tetapi agama datang sebagai penyelamat.
Apapun yang terjadi pada manusia, ia tidak akan bisa terlepas dari agama.
Sangat mustahil memisahkan kehidupan manusia dari agama. Seperti halnya
menghilangkan luka bekas operasi dari kulit manusia.
2.
Pandangan Agama dan Ilmu Pengetahuan
Dalam
pandangan saintis, agama dan ilmu pengetahuan mempunyai perbedaan. Bidang
kajian agama adalah metafisik, sedangkan bidang kajian sains / ilmu pengetahuan
adalah alam empiris. Sumber agama dari tuhan, sedangkan ilmu pengetahuan dari
alam.
Dari segi tujuan, agama berfungsi
sebagai pembimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagia didunia dan di
akhirat. Adapun sains / ilmu pengetahuan berfungsi sebagai sarana mempermudah
aktifitas manusia di dunia. Kebahagiaan di dunia, menurut agama adalah
persyaratan untuk mencapai kebahagaian di akhirat.
Menurut Amstal, bahwa agama
cenderung mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan,
eksklusif dan subjektif. Sementara ilmu pengetahuan selalu mencari yang baru,
tidak terikat dengan etika, progesif, bersifat inklusif, dan objektif. Meskipun
keduanya memiliki perbedaan, juga memiliki kesamaan, yaitu bertujuan memberi
ketenangan. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji
kehidupan setelah mati, Sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus
kemudahan bagi kehidupan di dunia. Misalnya,
Tsunami dalam Konteks agama adalah cobaan Tuhan dan sekaligus rancangan-Nya
tentang alam secara keseluruhan. Oleh karena itu, manusia harus bersabar atas
cobaan tersebut dan mencari hikmah yang terkandung dibalik Tsunami. Adapun
menurut ilmu pengetahuan, Tsunami terjadi akibat pergeseran lempengan bumi,
oleh karena itu para ilmuwan harus mencari ilmu pengetahuan untuk mendeteksi
kapan tsunami akan terjadi dan bahkan kalau perlu mencari cara mengatasinya.
Karekteristik
agama dan ilmu pengetahuan tidak selalu harus dilihat dalam konteks yang
berseberangan, tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana keduanya bersinergi dalam
membantu kehidupan manusia yang lebih layak. Osman Bakar mengatakan bahwa epistemology,
metafisika, teologi dan psikologi memiliki peran penting dalam mengembangkan
intelektual untuk merumuskan berbagai hubungan konseptual agama dan ilmu
pengetahuan. Peran utamanya adalah
memberikan rumusan-rumusan konseptual kepada para ilmuan secara rasional yang
bisa dibenarkan dengan ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan untuk digunakan
sebagai premis-premis dari berbagai jenis sains. Misalnya kosmologi, dengan
adanya kosmologi dapat membantu meringankan dan mengkonseptualkan dasar-dasar ilmu
pengetahuan seperti fisika dan biologi.
3.
Keterkaitan Agama dan Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan yang dipahami dalam arti pendek sebagai pengetahuan objektif,
tersusun, dan teratur. Ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari agama.
Sebut saja Al-Quran, Al-Quran merupakan sumber intelektualitas dan
spiritualitas. Ia merupakan sumber rujukan bagi agama dan segala pengembangan
ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber utama inspirasi pandangan orang islam
tentang keterpaduan ilmu pengetahuan dan agama. Manusia memperoleh pengetahuan
dari berbagai sumber dan melalui banyak cara dan jalan, tetapi semua
pengetahuan pada akhirnya berasal dari Tuhan. Dalam pandangan al-Quran,
pengetahuan tentang benda-benda menjadi mungkin karena Tuhan memberikan
fasilitas yang dibutuhkan untuk mengetahui. Para ahli filsafat dan ilmuan
muslim berkeyakinan bahwa dalam tindakan berpikir dan mengetahui, akal manusia
mendapatkan pencerahan dari Tuhan Yang Maha mengetahui sesuatu yang belum
diketahui dan akan diketahui dengan lantaran model dan metode bagaimana
memperolehnya.
Al-Quran
bukanlah kitab ilmu pengetahuan, tetapi ia memberikan pengetahuan tentang
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang selalu dihubungkan dengan pengetahuan
metafisik dan spiritual. Panggilan Al-Quran untuk “Membaca dengan Nama Tuhanmu”
telah dipahami dengan pengertian bahwa pencarian pengetahuan, termasuk
didalamnya pengetahuan ilmiah yang didasarkan pada pengetahuan tentang realitas
Tuhan. Hal ini dipertegas oleh Ibnu Sina yang menyatakan, Ilmu pengetahuan
disebut ilmu pengetahuan yang sejati jika menghubungkan pengetahuan tentang
dunia dengan pengetahuan Prinsip Tuhan.
Agama dan
ilmu pengetahuan memang berbeda metode yang digunakan, karena masing-masing
berbeda fungsinya. Dalam ilmu pengetahuan kita berusaha menemukan makna
pengalaman secara lahiriyah, sedangkan dalam agama lebih menekankan pengalaman
yang bersifat ruhaniah sehingga menumbuhkan kesadaran dan pengertian keagamaan
yang mendalam. Dalam beberapa hal, ini mungkin dapat dideskripsikan oleh ilmu
pengetahuan kita, tetapi tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan rumus-rumus
ilmu pasti.
Sekalipun
demikian, ada satu hal yang sudah jelas, bahwa kehidupan jasmani dan rohani
tetap dikuasai oleh satu tata aturan hukum yang universal. Ini berarti, baik
agama maupun ilmu pengetahuan, yaitu Allah. Keduanya saling melengkapi dan
membantu manusia dalam bidangnya masing-masing dengan caranya sendiri.
Fungsi
agama dan ilmu pengetahuan dapat dikiaskan seperti hubungan mata dan mikroskop.
Mikroskop telah membantu indera mata kita yang terbatas, sehingga dapat melihat
bakteri-bakteri yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata telanjang. Demikian
pula benda langit yang sangat kecil dilihat dengan mata telanjang, ini bisa
dibantu dengan teleskop karena terlalu jauh. Demikian halnya dengan wahyu
Ilahi, telah membantu akal untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang diamati
oleh indera. Jika ini hanya dilakukan
oleh akal maka akan menyesatkan manusia.
BAB III
KESIMPULAN
Dari makalah ini, dapat disimpulkan:
ü Akal
adalah perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (hati) manusia, antara
pikiran dan emosi manusia.
Ilmu pengetahuan didefinisikan
sebagai rangkaian aktifitas berfikir dan memahami dengan mengikuti prosedur
sistematika metode dan memenuhi langkah-langkahnya.
Wahyu adalah tuntutan yang diberikan
Allah Sang Pencipta kepada para hamba-Nya dan ciptaan-Nya dalam menjalankan
fungsi kehidupannya di alam semesta.
ü Ilmu
dibagi menjadi dua bagian besar:
-
Ilmu-ilmu tanziliyah
-
Ilmu-ilmu kauniyah
ü Dalam
agama Islam menuntut ilmu hukumnya wajib
ü Islam
dan ilmu pengetahuan mempunyai hubungan yang sangat erat.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,
Malik, Dr., Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi, Jakarta, Departemen
Agama, 2000
diunduh
07-11-2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar