Jumat, 13 Desember 2013

Islam dan Ilmu Pengetahuan



BAB II
PEMBAHASAN


A.     Akal, Ilmu Pengetahuan, dan Wahyu dalam Islam
1.    Akal
Akal adalah perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (hati) manusia, antara pikiran dan emosi manusia. Intelek adalah alat untuk memperoleh pengetahuan untuk alam nyata. Sedangkan intuisi adalah alat untuk alam tak nyata. Dalam membentuk pengetahuan ia dapat melakukan lompatan dari tidak tahu tiba-tiba menjadi tahu.
Pengajaran melalui intelek hanya mengubah seseorang sedikit demi sedikit, dan pendidikan melalui intuisi dapat mengubah seseorang dengan cepat.
Tetapi pada kenyataan hidup manusia kedua lembaga pengetahuan dalam jiwa manusia itu tidak dapat bekerja secara terpisah sepenuhnya. Keduanya saling berinteraksi dan mempengaruhi , dan itulah yang menentukan corak akal manusia. Intelek manusia harus dilatih dan dikembangkan sehingga memiliki ketajaman yang tinggi. Apabila intelek dan intuisi sudah terasah maka kerja akl manusia menjadi demikian sensitifnya.
2.    Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem pengetahuan dari berbagai pengetahuan yang menjadi satu. Ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan. Ilmu pengetahuan tidak dipahami sebagai pencarian kepastian, melainkan sebagai penyeledikan yang berkesinambungan.
Ilmu pengetahuan juga bisa merupakan upaya menyingkap realitas secara tepat dengan merumuskan objek material dan objek formal. Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang bercorak empiristik dengan metode kuantitatif (matematis) lebih dominan menduduki dialektika kehidupan masyarakat. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran bahwa                                                                                                                                                                                                                   ilmu pengetahuan harus terlepas dari lingkungan teologik yang bersifat mistis,

ilmu pengetahuan harus bebas dari lingkungan metafisik yang bersifat abstrak,dan ilmu pengetahuan harus menemukan otonominya sendiri dalam lingkungan positifistik.
Menurut beberapa pakar, ilmu pengetahuan didefinisikan sebagai rangkaian aktifitas berfikir dan memahami dengan mengikuti prosedur sistematika metode dan memenuhi langkah-langkahnya.  Dengan pola tersebut maka akan dihasilkan sebuah pengetahuan yang sistematis mengenai fenomena tertentu, dan mencapai kebenaran, pemahaman serta bisa memberikan penjelasan serta melakukan penerapan.
Menurut Jujun, cabang atau bentuk ilmu pada dasarnya berkembang dari cabang utama, yakni filsafat alam yang kemudian berafiliasi di dalamnya ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang menjadi menjadi cabang ilmu-ilmu social (the social scienceS). Ilmu alam ini bertujuan untuk mempelajari zat yang membentuk alam semesta. Ilmu ini kemudian membentuk rumpun keilmuan yang lebih spesifik, misalnya sebagai ilmu fisika yang mempelajari tentang massa dan energi, ilmu kimia yang membahas tentang substansi zat, ilmu astronomi yang berusaha memahami kondisi benda-benda langit dan ilmu-ilmu lainnya. Dari rumpun keilmuan ini kemudian membentuk ranting-ranting baru, contohnya dalam fisika ada yang namanya mekanik, hidrodinamika, bunyi dan seterusnya yang masih banyak lagi.
3.    Wahyu
Wahyu adalah tuntutan yang diberikan Allah Sang Pencipta kepada para hamba-Nya dan ciptaan-Nya dalam menjalankan fungsi kehidupannya di alam semesta. Sebenarnya cara yang dipakai Al-Quran dengan kata wahyu menunjukkan bahwa Al-Quran memandangnya sebagai suatu milik hidup yang universal, sekalipun kodrat dan waktunya berbeda menurut perbedaan tingkat-tingkat kehidupan itu. Wahyu mencegah pemikiran seseorang dari pengaruh hawa nafsu dan kecenderungan dominasi akal rasional. Hal ini menyebabkan agama wahyu menjadi sebuah sistem hidup yang dibangun bukan dengan landasan kepentingan manusiawi. Imam Sayuti berpendapat bahwa hadist-hadist Rasulullah SAW, pada dasarnya adalah wahyu juga, tetapi Jibril menyampaikannya dalam bentuk makna. Sedangkan Al-Quran adalah wahyu yang disampaikan dalam bentuk lafaz.

B.       Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu dalam Islam
1.      Sumber dan Metode Ilmu
Ilmu dalam Islam berdasarkan paham kesatupaduan yang merupakan inti wahyu Allah SWT. Turunnya wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW membawa semangat baru bagi ilmu pengetahuan. Lahirnya Islam membawa manusia kepada sumber-sumber pengetahuan lain dengan tujuan baru, yakni lahirnya tradisi intelek induktif.
Al-Quran menganggap “anfus” (ego) dan “afak” (dunia) sebagai sumber ilmu pengetahuan. Ilmu dalam Islam memiliki kapasitas yang sangat luas. Al-Quran melihat tanda-tanda kebenaran dalam matahari, bulan, pergantian siang dan malam, dan peredaran sejarah di antara bangsa-bangsa sebagaimana disebut dalam surat Al-Imron,3:140. Pengarahan obyek yang kongret ini telah melahirkan tradisi induksi yang kritis, dinamis, dan intelek.
2.      Keterbatasan Ilmu
Manusia diberi anugrah oleh Allah dengan alat-alat kognitif yang alami pada dirinya. Dengan alat ini manusia mengadakan observasi, eksperimentasi, dan rasionalisasi. Namun demikian alat-alat ini bukanlah sesuatu yang sempurna. Pandangan mata dan struktur ingatan manusia memiliki kemampuan terbatas  yang dapat menyebabkan distorsi baik dalam pengambilan data observasi, eksperimen, ataupun rasionalisai.
Keterbatasan ilmu manusia tidak menghilangkan makna ayat-ayat Allah di alam samesta yang diciptakan agar manusia dapat mengenal eksistensi-Nya. Secara relatif, semakin dalam ilmu seseorang akan mengantarkannya kepada penghayatan akan keberadaan dan keagungan Allah yang semakin dalam.
3.      Klasifikasi Ilmu
Pada dasarnya ilmu dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu ilmu-ilmu tanziliyah dan ilmu-ilmu kauniyah. Ilmu-ilmu tanziliah adalah ilmu yang dikembangkan oleh akal manisia terkait dengan nilai-nilai yang diturunkan Allah baik dalam kitab maupun hadist Rasulullah SAW. Sedangkan ilmu-ilmi kauniyah adalah ilmu yang dikembangkan oleh akal manusia karena interaksinya dengan alam.
Bersumber pada ayat-ayat Allah SWT, di alam raya ini manusia melahirkan banyak sekali cabang-cabang ilmu, misalnya ilmu kealaman, ilmu kemanusiaan, dan ilmu sosial. Ilmu kealaman melahirkan ilmu astronomi, fisika, kimia,dll. Ilmu kemanusiaan melahirkan ilmu psikologi, bahasa,dll. Ilmu sosial melahirkan ilmu politik,ekonomi, hukum,dll.
Antara ilmu tanziliah dan kauniyah tidak bisa dipisahkan. Ilmu tanziliah berfungsi menuntun jalan kehidupan manusia, sedangkan ilmu kauniyah menjadi sarana manusia dalam memakmurkan alam ini. Ilmu kauniyah dapat memperkuat bukti-bukti keagungan Allah.

C.    Kewajiban Menuntut Ilmu
1.      Penghargaan Terhadap Ilmu
Penghargaan Islam terhadap ilmu pengetahuan sangatlah tinggi karena sesungguhnya hal ini merupakan cerminan penghargaan bagi manusia itu sendiri. Manusia makhluk satu-satunya yang secara potensial diberi kemampuan untuk menyerap ilmu pengetahuan. Penghargaan ini daoat dilihat dari beberapa aspek:
·       Turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah SAW
·      Banyaknya ayat Al-Quran yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal, pikiran, dan pemahaman.
·      Allah memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu dari pada orang yang bodoh
·       Pemahaman terhadap ajaran agama harus berdasarkan ilmu
·      Dalam menentukan orang-orang pilihan yang akan memimpin manusia di bumi, Allah melihat sisi keilmuwannya.
·      Allah menganjurkan kepada orang yang beriman untuk senantiasa berdoa bagi pertambahan keleluasaan ilmunya.
2.      Perintah Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu adalah bagian yang sangat penting dari pengalaman  ajaran Islam. Ilmu menunjukkan seseorang pada jalan kehidupan yang memberikan keyakinan. Oleh karena itu dalam Islam terdapat kewajiban untuk menuntut ilmu baik secara pribadi ataupun berkelompok.
Rasulullah bersabda:
Barang siapa yang menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugrahi Allah kepadanya jalan ke surga. (hadist riwayat muslim)
Menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslim (hadist riwayat ibnu majah)
3.      Model Kewajiban
Seseorang yang telah mencapai usia baligh, maka wajib bagi dirinya untuk mengetahui pokok-pokok ajaran agama-Nya. Ia wajib untuk memehami dua kalimat syahadat. Kewajiban menuntut ilmu yang terkait dengan kepentingan tiap individu muslim disebut dengan fardu ain.
Dr. Yusuf Qarddawi menyebutkan empat macam ilmu yang termasuk ke dalam fardu ain, yaitu:
·         Ilmu mengenai aqidah yakiniyah (prinsip-prinsip aqidah yang perlu dipercayai) yang benar, selamat dari syirik.
·         Ilmu yangmembuat ibadah seseorang terhadap Tuhannya berjalan dengan benar sesuai dengan ketentuan yang disyariatkan.
·         Ilmu yng dengannya jiwa dibersihkan, hati disucikan, segala keutaman yang kemudian diamalkan.
·         Ilmu yang bisa mendisiplinkan tingkah laku dalam hubungan seseorang dengan dirinya  ataupun dengan orang lain baik muslim atau non-muslim.
Sedangkan ilmu yang keberadaanya terkait dengan kepentingan masyarakat muslim dan masyarakat umum termasuk dalam fardu kifayah. Ilmu-ilmu yang termasuk dalam fardu kifayah adalah ilmu yang terkait dengan pendalaman pemahaman syariat seperti tafsir, ilmu ustalah hadist, ilmu usul fiqh, dll.


D.     Ilmu Pengetahuan Dengan Agama
1.    Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Agama
Menurut Muhammad Abduh, agama merupakan sebuah produk Tuhan. Tuhan juga mengajarkannya kepada umat manusia, dan membimbing manusia untuk menjalankanya. Agama merupakan alat untuk akal dan logika, bagi orang-orang yang ingin kabar gembira dan sedih,  agama menurut sebagian orang merupakan sesuatu hal yang menyangkut hati; suatu hal yang sangat berarti; suatu hal  yang menuntun jiwa untuk menemukan keyakinan. Agama dengan eksistensinya telah membuatnya berbeda dengan segala apa yang pernah ada, membuatnya berbeda dengan dengan segala yang pernah dimiliki manusia. Agama membuat orang melakukan aktifitas yang harus bersesuaian dengan apa yang diajarkannya, baik tuntunan itu berat ataupun ringan. Agama menjadikan kehidupan manusia lebih teratur dalam kehidupannya, karena segala dorongan dan keinginannya menjadi lebih terarah. Agama menjadi pemimpin roh jiwa manusia. Ia juga berperan aktif membimbing manusia untuk memahami ajaran-ajaranya. Diibaratkan seorang manusia layaknya seorang yang berada diujung pedang, jika salah maka orang tersebut mati olehnya, tetapi agama datang sebagai penyelamat. Apapun yang terjadi pada manusia, ia tidak akan bisa terlepas dari agama. Sangat mustahil memisahkan kehidupan manusia dari agama. Seperti halnya menghilangkan luka bekas operasi dari kulit manusia.
2.      Pandangan Agama dan Ilmu Pengetahuan
Dalam pandangan saintis, agama dan ilmu pengetahuan mempunyai perbedaan. Bidang kajian agama adalah metafisik, sedangkan bidang kajian sains / ilmu pengetahuan adalah alam empiris. Sumber agama dari tuhan, sedangkan ilmu pengetahuan dari alam.
Dari segi tujuan, agama berfungsi sebagai pembimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagia didunia dan di akhirat. Adapun sains / ilmu pengetahuan berfungsi sebagai sarana mempermudah aktifitas manusia di dunia. Kebahagiaan di dunia, menurut agama adalah persyaratan untuk mencapai kebahagaian di akhirat.
Menurut Amstal, bahwa agama cenderung mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan, eksklusif dan subjektif. Sementara ilmu pengetahuan selalu mencari yang baru, tidak terikat dengan etika, progesif, bersifat inklusif, dan objektif. Meskipun keduanya memiliki perbedaan, juga memiliki kesamaan, yaitu bertujuan memberi ketenangan. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, Sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia. Misalnya, Tsunami dalam Konteks agama adalah cobaan Tuhan dan sekaligus rancangan-Nya tentang alam secara keseluruhan. Oleh karena itu, manusia harus bersabar atas cobaan tersebut dan mencari hikmah yang terkandung dibalik Tsunami. Adapun menurut ilmu pengetahuan, Tsunami terjadi akibat pergeseran lempengan bumi, oleh karena itu para ilmuwan harus mencari ilmu pengetahuan untuk mendeteksi kapan tsunami akan terjadi dan bahkan kalau perlu mencari cara mengatasinya.
Karekteristik agama dan ilmu pengetahuan tidak selalu harus dilihat dalam konteks yang berseberangan, tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana keduanya bersinergi dalam membantu kehidupan manusia yang lebih layak. Osman Bakar mengatakan bahwa epistemology, metafisika, teologi dan psikologi memiliki peran penting dalam mengembangkan intelektual untuk merumuskan berbagai hubungan konseptual agama dan ilmu pengetahuan. Peran utamanya adalah memberikan rumusan-rumusan konseptual kepada para ilmuan secara rasional yang bisa dibenarkan dengan ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan untuk digunakan sebagai premis-premis dari berbagai jenis sains. Misalnya kosmologi, dengan adanya kosmologi dapat membantu meringankan dan mengkonseptualkan dasar-dasar ilmu pengetahuan seperti fisika dan biologi.
3.      Keterkaitan Agama dan Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan yang dipahami dalam arti pendek sebagai pengetahuan objektif, tersusun, dan teratur. Ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari agama. Sebut saja Al-Quran, Al-Quran merupakan sumber intelektualitas dan spiritualitas. Ia merupakan sumber rujukan bagi agama dan segala pengembangan ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber utama inspirasi pandangan orang islam tentang keterpaduan ilmu pengetahuan dan agama. Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber dan melalui banyak cara dan jalan, tetapi semua pengetahuan pada akhirnya berasal dari Tuhan. Dalam pandangan al-Quran, pengetahuan tentang benda-benda menjadi mungkin karena Tuhan memberikan fasilitas yang dibutuhkan untuk mengetahui. Para ahli filsafat dan ilmuan muslim berkeyakinan bahwa dalam tindakan berpikir dan mengetahui, akal manusia mendapatkan pencerahan dari Tuhan Yang Maha mengetahui sesuatu yang belum diketahui dan akan diketahui dengan lantaran model dan metode bagaimana memperolehnya.
Al-Quran bukanlah kitab ilmu pengetahuan, tetapi ia memberikan pengetahuan tentang prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang selalu dihubungkan dengan pengetahuan metafisik dan spiritual. Panggilan Al-Quran untuk “Membaca dengan Nama Tuhanmu” telah dipahami dengan pengertian bahwa pencarian pengetahuan, termasuk didalamnya pengetahuan ilmiah yang didasarkan pada pengetahuan tentang realitas Tuhan. Hal ini dipertegas oleh Ibnu Sina yang menyatakan, Ilmu pengetahuan disebut ilmu pengetahuan yang sejati jika menghubungkan pengetahuan tentang dunia dengan pengetahuan Prinsip Tuhan.
Agama dan ilmu pengetahuan memang berbeda metode yang digunakan, karena masing-masing berbeda fungsinya. Dalam ilmu pengetahuan kita berusaha menemukan makna pengalaman secara lahiriyah, sedangkan dalam agama lebih menekankan pengalaman yang bersifat ruhaniah sehingga menumbuhkan kesadaran dan pengertian keagamaan yang mendalam. Dalam beberapa hal, ini mungkin dapat dideskripsikan oleh ilmu pengetahuan kita, tetapi tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan rumus-rumus ilmu pasti.
Sekalipun demikian, ada satu hal yang sudah jelas, bahwa kehidupan jasmani dan rohani tetap dikuasai oleh satu tata aturan hukum yang universal. Ini berarti, baik agama maupun ilmu pengetahuan, yaitu Allah. Keduanya saling melengkapi dan membantu manusia dalam bidangnya masing-masing dengan caranya sendiri.
Fungsi agama dan ilmu pengetahuan dapat dikiaskan seperti hubungan mata dan mikroskop. Mikroskop telah membantu indera mata kita yang terbatas, sehingga dapat melihat bakteri-bakteri yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata telanjang. Demikian pula benda langit yang sangat kecil dilihat dengan mata telanjang, ini bisa dibantu dengan teleskop karena terlalu jauh. Demikian halnya dengan wahyu Ilahi, telah membantu akal untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang diamati oleh indera. Jika ini hanya dilakukan oleh akal maka akan menyesatkan manusia.    

 BAB III
KESIMPULAN

Dari makalah ini, dapat disimpulkan:
ü  Akal adalah perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (hati) manusia, antara pikiran dan emosi manusia.
Ilmu pengetahuan didefinisikan sebagai rangkaian aktifitas berfikir dan memahami dengan mengikuti prosedur sistematika metode dan memenuhi langkah-langkahnya.
Wahyu adalah tuntutan yang diberikan Allah Sang Pencipta kepada para hamba-Nya dan ciptaan-Nya dalam menjalankan fungsi kehidupannya di alam semesta.
ü  Ilmu dibagi menjadi dua bagian besar:
-          Ilmu-ilmu tanziliyah
-          Ilmu-ilmu kauniyah
ü  Dalam agama Islam menuntut ilmu hukumnya wajib
ü  Islam dan ilmu pengetahuan mempunyai hubungan yang sangat erat.





DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Malik, Dr., Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi, Jakarta, Departemen Agama, 2000
 diunduh 07-11-2012

















































Tidak ada komentar:

Posting Komentar