Kamis, 12 Desember 2013

DISIPLIN ILMU DALAM ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
            Iptek atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi, merupakan salah satu hal yang tidak dapat kita lepaskan dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan ilmu karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT hanya kepada kita, manusia, tidak untuk makhluk yang lain, yaitu sebuah akal pikiran. Dengan akal pikiran tersebutlah, kita selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan benar, akan terisi dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun, dalam mempelajari dan mengaplikasikan iptek itu sendiri, harus memperhatikan beberapa hal yang penting.

             Sains dan teknologi yang diciptakan para ilmuwan tidak semua  baik untuk kita. Terkadang adapula yang menggunakan bahan–bahan berbahaya bagi kesehatan lingkungan sekitar. Beberapa dari mereka ada yang menyalahgunakan hasil penelitian tersebut. Sesungguhnya Allah melarang kita membuat pengrusakan di bumi, seperti dalam firman-Nya dalam (Q.S. Al-A’raf : 56). Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepadaNya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang–orang yang berbuat baik.”
            Kita sebagai manusia, tak lepas dari tanggung jawab kita sebagai khalifah dimuka bumi. Dimana kita ditugaskan untuk menjaga bumi dan seluruh isinya agar tetap asri. Ada alasan mengapa Allah menciptakan kita sebagai khalifah dibumi ini?!!, yaitu karena manusia memiliki akal untuk berfikir dan mengenali lingkungannya. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Bahkan malaikat pun pernah protes lantaran adam memiliki jabatan sebagai khalifah. Seperti yang dikatakan Allah dalam firman-Nya Q.S. Al-Baqarah : 34.Artinya: “Dan ingatlah tatkala kami berkata kepada malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam! Maka sujudlah mereka, kecuali iblis dimuka bumi ini jika dibandingkan dengan malaikat yang kita ketahui sebagai makhluk yang maksum dari dosa. Bisa disimpulkan bahwa untuk menjadi khalifah tidak hanya bertasbih menyebut asma-Nya tapi juga kemampuannya dalam mengenali lingkungannya dan berfikir. Ini adkita bersyukur dan mampu memanfaatkannya dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah hakikat pendidikan islam sebagai disiplin ilmu?
2.      Bagaimanakah perkembangan sains dan teknologi, serta karakteristik dan sumbernya?
3.      Apa sajakah disiplin ilmu yang dipelajari oleh agama islam?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Menjelaskan hakikat islam sebagai disiplin ilmu
2.      Menjelaskan perkembangan sains dan teknologi, serta karakteristik dan sumbernya
3.      Menjelaskan berbagai disiplin ilmu yang di pelajari oleh agama islam          
Manfaat:
Penyusunan makalah pengamatan ini untuk kepentingan teoritis, yaitu untuk menambah khazanah keilmuan tentang disiplin ilmu dalam islam sehingga dapat mewarnai menambah pengetahuan mahasiswa, serta diharapkan dapat memberi informasi tambahan atau pembanding bagi peneliti lain dengan masalah sejenis. Manfaat penyusunan makalah pengamatan ini adalah untuk kepentingan praktis, yaitu  kontribusi terhadap pemikiran Islam serta menghadirkan Islam secara lebih komprehensif..

BAB II
DISIPLIN ILMU DALAM ISLAM

A.  Hakikat Islam Sebagai Disiplin Ilmu
       Sebelum membahas menganai hakikat pendidikan Islam sebagai disiplin Ilmu, terlebih dahulu kita bahas arti pendidikan dalam syarat-syarat suatu ilmu pengetahuan. Karena dari pembahasan ini akan muncul adanya benang merah antara pendidikan, maupun pendidikan Islam dengan ilmu pengetahuan.
1.    Menurut Dr. Sutari Barnadib ilmu pengetahuan adalah suatu uraian yang lengkap dan tersusun tentang suatu obyek.
2.    Menurut Drs. Amir Daien yang mengartikan bahwa ilmu pengetahuan adalah uraian yang sistematis dan metodis tentang suatu hal atau masalah. Oleh karena itu ilmu pengetahuan itu menguraikan tentang sesuatu, makaharuslah ilmu itu mempunyai persoalan, mampunyai masalah yang akandibicarakan. Persoalan atau masalah yang dibahas oleh suatu ilmu pengetahuan itulah yang merupakan obyek atau sasaran dari ilmu pengetahuan tersebut.Dalam dunia ilmu pengetahuan ada dua macam obyek yaitu:
a.    Obyek material adalah bahan atau masalah yang menjadi sasaran pembicaraan atau penyelidikan dari suatu ilmu pengetahuan. Misalnya tentang manusia, tentang ekonomi, tentang hukum, tentang alam dan sebagainya.
b.    Obyek formal adalah sudut tinjauan dari penyelidikan atau pembicaraan suatu ilmu pengetahuan. Misalnya tentang manusia. Deri segi manakah kita mengadakan penelaahan tentang manusia itu? Dari segi tubuhnya atau dari segi jiwanya? Jika mengenai tubuhnya,mengenai bagian-bagian tubuhnya atau mengenai fungsi bagian-bagian tubuh itu. Dua macam ilmu pengetahuan dapat mempunyai obyek material yang sama. Tetapi obyek formalnya tidak boleh sama, atau harus berbeda. Contoh ilmu psikologi dengan ilmu biologi manusia. Kedua macam ilmu pengetahuan ini mempunyai obyek material yang sama yaitu manusia, tetapi, kedua ilmu itu mempunyai obyek formal yang berbeda. Obyek formal dari ilmu psikologi adalah keadaan atau kehidupan dari jiwa manusia itu. Sedangkan, obyek formal dari ilmu biologi manusia adalah keadaan atau kehidupan dari tubuh manusia itu.
Ilmu pengetahuan haruslah memenuhi tiga syarat pokok(Ibid, hal. 122 Abu Ahmadi, opcit hal. 80) yaitu:
1.Suatu ilmu pengetahuan harus mempunyai obyek tertentu (khususnya obyek formal).
2.Suatu ilmu pengetahuan harus menggunakan metode-metode tertentu yangsesuai.
3.Suatu ilmu pengetahuan harus mengggunakan sistematika tertentu.
Disamping ketiga macam syarat tersebut, maka dapat diajakukan syarat-syarat tambahan bagi suatu ilmu pengetahuan ialah antara lain:
1.Suatu ilmu pengetahuan harus mempunyai dinamika, artinya ilmu pengetahuanharus senantiasa tumbuh dan berkembang untuk mencapai kesempurnaan diri.
2.Suatu ilmu pengetahuan harus praktis, artinya ilmu pengetahuan harus bergunaatau dapat dipraktekkan untuk kehidupan sehari-hari.
3.Suatu ilmu pengetahuan harus diabdikan untuk kesejahteraan umat manusia.Oleh kerena itu penyelidikan-penyelidikan suatu ilmu pengetahuan yangmempunyai akibat kehancuran bagi manusia selalu mendapat tantangan-tantanan dan kutukan.
Ilmu pendidikan Islam itu telah memenuhi syarat-syaratnya untuk menjadi suatu ilmu pengetahuan, dimulai dari obyeknya, metodenya, dan sistematikanya.
1. Obyek, dalam ilmu pendidikan Islam obyek materialnya yaitu peserta didik (manusia). Sedangkan obyek formalnya yaitu problema-problem yang menyangkut apa, siapa, mengapa yang berhubungan dengan usaha membawa peserta didik kepada tujuan. Dengan kata lain, obyek formal dari ilmu pengetahuan Islam adalah kegiatan manusia dalam usahanya membawa atau membimbing menusia lain kepada daerah kedewasaan berdasarkan nilai-nilai Islam.
2. Metode pengembangan, banyak metode-metode yang dipergunakan dalam ilmu pengetahuan Islam. Metode-metode yang digunakannya dapat dipertanggungjawabkan, dapat dikontrol, dan dapat dibuktikan kebenarannya untuk mengembangkan pendidikan Islam.Metode pengembangan yang kiranya digunakan ilmu pengetahuan Islam adalah metode test, metode interview, metode observasi, dan lain sebagainya.
3. Sistematika, mengenai sistematika pendidikan Islam dapat dapat diketahui dengan adanya penggolongan-penggolongan suatu masalah dan pembahasan masalah demi masalah di dalam pendidikan Islam, ini menunjukkan bahwa penyusunan ilmu pendidikan Islam itu telah menggunakan sistematika.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu pendidikan Islam telah memenuhi persyaratan-persyaratan pokok sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Untuk lebih menegaskan lagi bahwa ilmu pendidikan Islam termasuk dalam disiplin ilmu, kita melihat syarat tambahan dalam ilmu pengetahuan, yaitu:
1.    Suatu ilmu pengetahuan harus mempunyai dinamika, artinya ilmu pengetahuanharus senantiasa tumbuh dan berkembang untuk mencapai kesempurnaan diri.
2.    Suatu ilmu pengetahuan harus praktis, artinya ilmu pengetahuan harus bergunaatau dapat dipraktekkan untuk kehidupan sehari-hari.
3.    Suatu ilmu pengetahuan harus diabdikan untuk kesejahteraan umat manusia. Ilmu pendidikan Islam dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. ilmu pendidikan Islam, membawa peserta didik kepada tujuan yang lebih baik, maka tidaklah benar kalau ilmu ini membawa kehancuran kepada umat manusia.
  Pendidikan Islam masuk dalam disiplin ilmu dikarenakan telah memenuhi persyaratan ilmu pengetahuan yaitu:
1. Pendidikan Islam mempunyai obyek material yaitu manusia sebagai peserta didik, dan mempunyai obyak formal yaitu kegiatan manusia dalam usahanya membimbing manusia lain kepada arah kedewasaan berdasarkan nilai-nilaiIslam.
2.Pendidikan Islam mempunyai metode, metode pengembangan yang kiranyadigunakan ilmu pengetahuan Islam adalah metode test, metode interview, metode observasi, dan lain sebagainya.
3.Pendidikan Islam mempunyai sistematika, walaupun sistematika tersebut kadang tidak tersurat. Sistematika pendidikan Islam dapat diketahui dengan adanya penggolongan-penggolongan suatu masalah dan pembahasan masalah demi masalah di dalam pendidikan Islam.
B. Perkembangan Sains dan Teknologi, Serta Karakteristik dan Sumbernya
            Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain sebagainya.
            Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu.
1.    Objektif, ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2.    Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3.    Sistematis, dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4.    Universal yaitu kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar keumuman (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Usaha-usaha manusia untuk menggali dan meneliti ayat-ayat Allah di segenap penjuru alam semesta melahirkan ilmu-ilmu pengetahuan alam (natural sciences), sedangkan usaha-usaha manusia untuk menggali dan meneliti ayat-ayat Allah dalam kehidupan manusia melahirkan ilmu-ilmu pengetahuan sosial dan budaya (social and cultural sciences).
Pengembangan ilmu pengetahuan dapat dilakukan oleh siapa saja, baik orang yang beriman maupun yang tidak beriman, asalkan memiliki sikap intelektual dan kemampuan metodologi ilmiah, sebab ayat-ayat Allah bersifat:
1. Pasti (Al-Furqan 2)
2. Tidak pernah berubah (Al-Fath 23)
3. Obyektif (Al-Anbiya’ 105)
Dampak positif dari adanya Iptek  adalah sebagai berikut :
1. Mampu meringankan masalah yang dihadapi manusia.
2. Mengurangi pemakaian bahan – bahan alami yang semakin langka.
3. Membuat segala sesuatunya menjadi lebih cepat.
4. Membawa manusia kearah lebih modern.
5. Menyadarkan kita akan keesaan Allah SWT.
6. Menjawab pertanyaan yang dari dulu diajukan oleh nenek moyang kita melalui penelitian ilmiah.

Sedangkan dampak negatif dari adanya Iptek adalah sebagai berikut :
1. Dengan segala sesuatunya yang semakin mudah, menyebabkan orang – orang menjadi malas berusaha sendiri.
2. Menjadi tergantung pada alat yang dihasilkan oleh IPTEK itu sendiri.
3. Melupakan keindahan alam.
4. Masyarakat lebih menyukai yang instan.
5. Dengan memanipulasi makanan yang ada, menyebabkan masyarakat kurang gizi.
6. Kekhawatiran masyarakat terhadap IPTEK yang semakin maju menyebabkan peradaban baru.

Sumber ilmu pengetahuan adalah alam. Alam adalah gudang inspirasi, ide, dan motivasi untuk mengarahkan seseorang mencapai suatu peradaban yang lebih tinggi. Dalam autobiografi seorang pelaut yang terkenal di zaman dynasti China yaitu Laksamana Chengho (seorang jenderal) yang pernah melakukan pelayaran ke Afrika dan Asia menyebutkan, alam telah memberikan motivasi, semangat, dan arahan kepadanya untuk melakukan penjelajahan ke dunia lain untuk menemukan hal-hal baru. Suatu ide, gagasan, dan motivasi pada awalnya bersumber dari rasa keingintahuan kita akan sesuatu hal. Rasa keingintahuan ini kemudian dirangsang oleh alam melalui akal pikiran kita sehingga timbul suatu ide, motivasi, dan semangat dalam diri. Rasa keingintahuan inilah yang mendasari untuk berkembangnya ilmu dan pengetahuan.

B. Akal dan Wahyu dalam Islam
Akal adalah kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia.

Materi “aql” dalam al-Qur’an terulang sebanyak 49 kali, kecuali satu, semuanya datang dalam bentuk kata kerja seperti dalam bentuk ta’qilun atau ya’qilun. Kata kerja ta’qilun terulang sebanyak 24 kali dan ya’qilun sebanyak 22 kali, sedangkan kata kerja a’qala, na’qilu dan ya’qilu masing-masing satu kali (Qardawi, 1998: 19). Pengertian akal dapat dijumpai dalam penjelasan ibnu Taimiyah (2001: 18). Lafadz akal adalah lafadz yang mujmal (bermakna ganda) sebab lafadz akal mencakup tentang cara berfikir yang benar dan mencakup pula tentang cara berfikir yang salah. Adapun cara berfikir yang benar adalah cara berpikir yang mengikuti tuntunan yang telah ditetapkan dalam syar’a. Lebih lanjut, Ibnu Taimiyah dalam bukunya yang berjudul Hukum Islam dalam Timbangan Akal dan Hikmah juga menyinggung mengenai kesesuaian nash al-Qur’an dengan akal, jika ada pemikiran yang bertentangna dengan akal maka akal tersebutlah yang salah karena mengikuti cara berpikir yang salah.

1. Definisi Akal
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akal adalah daya pikir untuk memahami sesuatu atau kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungannya. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan akal adalah gabungan dari dua pengertian di atas, yang disampaikan oleh ibn Taimiyah dan menurut kamus, yakni daya pikir untuk memahami sesuatu, yang di dalamnya terdapat kemungkinan bahwa pemahaman yang didapat oleh akal bisa salah atau bisa benar. Untuk selanjutnya, dalam penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan kata akal.
Akal secara bahasa dari mashdar Ya’qilu, ‘Aqala, ‘Aqlaa, jika dia menahan dan memegang erat apa yang dia ketahui.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
‘Kata akal, menahan, mengekang, menjaga dan semacamnya adalah lawan dari kata melepas, membiarkan, menelantarkan, dan semacamnya. Keduanya nampak pada jisim yang nampak untuk jisim yang nampak, dan terdapat pada hati untuk ilmu batin, maka akal adalah menahan dan memegang erat ilmu, yang mengharuskan untuk mengikutinya. Karena inilah maka lafadz akal dimuthlakkan pada berakal dengan ilmu.
 Syaikh Al Albani berkata,
“Akal menurut asal bahasa adalah At Tarbiyyah yaitu sesuatu yang mengekang dan mengikatnya agar tidak lari kekanan dan kekiri. Dan tidak mungkin bagi orang yang berakal tersebut tidak lari ke kanan dan kiri kecuali jika dia mengikuti kitab dan sunnah dan mengikat dirinya dengan pemahaman salaf.”
 Al Imam Abul Qosim Al Ashbahany berkata,
”akal ada dua macam yaitu : thabi’i dan diusahakan. Yang thabi’i adalah yang datang bersamaan dengan yang kelahiran, seperti kemampuan untuk menyusu, makan, tertawa bila senang, dan menangis bila tidak senang.
Kemudian seorang anak akan mendapat tambahan akal di fase kehidupannya hingga usia 40 tahun. Saat itulah sempurna akalnya, kemudian sesudah itu berkurang akalnya sampai ada yang menjadi pikun. Tambahan ini adalah akal yang diusahakan.
Adapun ilmu maka setiap hari juga bertambah, batas akhir menuntut ilmu adalah batas akhir umur manusia, maka seorang manusia akan selalu butuh kepada tambahan ilmu selama masih bernyawa, dan kadang dia tidak butuh tambahan akal jika sudah sampai puncaknya.
Hal ini menunjukan bahwa akal lebih lemah dibanding ilmu, dan bahwasanya agama tidak bisa dijangkau dengan akal, tetapi agama dijangkau dengan ilmu.

2. Pemuliaan Islam Terhadap Akal
Islam sangat memperhatikan dan memuliakan akal, diantara hal yang menunjukan perhatian dan penghormatan islam kepada akal adalah :
1. Islam memerintahkan manusia untuk menggunakan akal dalam rangka mendapatkan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupannya.
Islam mengarahkan kekuatan akal kepada tafakkur (memikirkan) dan merenungi (tadabbur) ciptaan-ciptaan Allah dan syari’at-syari’atnya sebagaimana dalam firmanNya,
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadiaan) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) benar dan waktu yang telah ditentukan, Dan sesungguhnya kebanyakan diantara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. (QS. Ar-Rum)
“ Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal”, (Al Baqarah : 184),
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari Jum’at, maak bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Jumu’ah : 9).
2. Islam melarang manusia untuk taklid buta kepada adat istiadat dan pemikiran-pemikiran yang bathil sebagaimana dalam firman Allah,
Dan apabila dikatakan kepada mereka, ”Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab, “(tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”, (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka tidak mengetahui sesuatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk? (QS. Al Baqarah : 170).
3. Islam memerintahkan manusia agar belajar dan menuntut ilmu sebagaimana dalam firman Allah,
”Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.”(QS. At Taubah : 122).
4. Islam memerintahkan manusia agar memuliakan dan menjaga akalnya, dan melarang dari segala hal yang dapat merusak akal seperti khomr, Allah berfirman,
“Hai, orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Al Maidah, 90).

3. Ruang Lingkup Akal Dalam Islam
Meskipun islam sangat memperhatikan dan memuliakan akal, tetapi tidak menyerahkan segala sesuatu kepada akal, bahkan islam membatasi ruang lingkup akal sesuai dengan kemampuannya, karena akal terbatas jangkauannya, tidak akan mungkin bisa menggapai hakekat segala sesuatu.
Maka Islam memerintahkan akal agar tunduk dan melaksanakan perintah syar’i walaupun belum sampai kepada hikmah dan sebab dari perintah itu.
Kemaksiatan yang pertama kali dilakukan oleh makhluk adalah ketika Iblis menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam karena lebih mengutamakan akalnya yang belum bisa menjangkau hikmah perintah Allah tersebut dengan membandingkan penciptaannya dengan penciptaan Adam,
Iblis berkata: ”Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah..” (QS.Shaad ; 76).
Karena inilah islam melarang akal menggeluti bidang-bidang yang diluar jangkauannya seperti pembicaraan tentang Dzat Allah, hakekat ruh, dan yang semacamnya, Rasulullah bersabda,
”Pikirkanlah nikmat-nikmat Allah, janganlah memikirkan tentang Dzat Allah.
Allah berfirman,
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah,”Roh itu termasuk urusan Tuhanku,dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”(QS.Al Isra’: 85).
Allah menyuruh kita untuk memaksimalkan kemampuan akal yang diberikan pada kita. Salah satu cara, Ia menganjurkan pada kita untuk menuntut ilmu setinggi – tingginya demi kemajuan umat bersama. Bahkan pernah dikatakan dalam suatu hadits bahwa ada tiga peninggalan yang mampu menolong manusia untuk terhindar dari api neraka yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak sholeh. Dengan kata lain, Allah hendak mengatakan bahwa ilmu sangatlah penting untuk kita, sebagai umat islam, bukan hanya penting untuk kehidupan dunia, tetapi juga kehidupan akhirat. Ilmu yang bermanfaat itu dapat kita bawa hingga ke akhirat kelak.
Firman Allah dalam QS. Ali Imran : 110, “Kamu adalah umat yang paling baik (khaira ummah, umat pilihan), yang dilahirkan untuk kepentingan manusia; menyuruh mengerjakan yang benar dan melarang membuat salah, serta beriman kepada Allah. Sekranya orang-orang keturunan Kitab itu beriman, sesungguhnya itu baik untuk mereka. Sebahagian mereka beriman, tetapi kebanyakannya orang-orang yang jahat”.
Sebenarnya umat yang menjadi pengamal wahyu Allah (Islam) memiliki identitas (ciri, sibghah) yang jelas di antaranya menguasai ilmu pengetahuan. Dalam mewujudkan keberadaannya ditengah masyarakat mereka menjadi innovator dan memiliki daya saing serta memiliki imajinasi yang kuat disamping kreatif dan memiliki pula inisiatif serta teguh dalam prinsip (istiqamah, consern), bahkan senantiasa berfikir objektif dan mempunyai akal budi.
C. Disiplin Ilmu Yang Dipelajari  Dalam Islam
Disiplin Ilmu Yang Dipelajari  Dalam Islam, meliputi:
1. Islam untuk disiplin ilmu filsafat, merupakan suatu tinjauan tentang pendapat-pendapat ilmiah. Filsafat ilmu adalah pembandingan atau pengembangan pendapat-pendapat masa lampau terhadap pendapat-pendapat masa sekarang yang didukung dengan bukti-bukti ilmiah.
Inti sari filsafat ilmu:
a.    Kebenaran
b.    Fakta
c.    Logika
d.   Konfirmasi
Fungsi filsafat ilmu:
a.     Alat untuk menelusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indra dan dapt diterangkan serta dinilai secara ilmiah.
b.    Memberikan pengertian tentang cara hidup dan pandangan hidup.
c.     Panduan tentang ajaran moral dan etika.
d.    Sumber ilham dan panduan untuk menjalani berbagai aspek kehidupan.
e.     Sarana untuk mempertahankan, mendukung, menyerang, atau juga tidak memihak terhadap pandangan filsafat lainnya.
2. Islam untuk disiplin ilmu hukum, sosial, dan politik
            Disini hukum berarti ilmu tentang kaidah atau normwissenschaft atau sallenwissenschaft yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem kaidah-kaidah, dengan dogmatik hukum dan sistematik hukum. Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu pengetahuan atau science yang merupakan karya manusia yang berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu yang memiliki ciri-ciri, sistimatis, logis, empiris, metodis, umum dan akumulatif.
            Ilmu sosial (Inggris:social science) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu.
            Ilmu politik adalah salah satu ilmu tertua dari berbagai cabang ilmu yang ada. Sejak orang mulai hidup bersama, masalah tentang pengaturan dan pengawasan dimulai. Sejak itu para pemikir politik mulai membahas masalah-masalah yang menyangkut batasan penerapan kekuasaan, hubungan antara yang memerintah serta yang diperintah, serta sistem apa yang paling baik menjamin adanya pemenuhan kebutuhan tentang pengaturan dan pengawasan.
            Jadi islam untuk disiplin ilmu hukum, sosial, dan politik adalah sebagai pedoman untuk mengatur tata kehidupan manusia agar sesuai dengan kaidah yang ada dalam agama islam.
3. Islam untuk disiplin ilmu kedokteran dan kesehatan
            Hubungan kedokteran dengan islam sangat erat, mungkin kita sering melupakan itu, banyak juga cara pengobatan yang luar biasa yang di ajarkan islam dan terkait sekali dengan ilmu kedokteran, contoh orang yang sakit di rumah sakit , terbaring, saraf-sarafnya yang kaku, saat di bacakan ayat suci al qur'an maka saraf sarafnya akan kembali aktif melalui pendengarannya yang mendengarkan bacaan al qur'an, begitu luar biasanya al qur'an yang hanya di bacakan langsung bisa menjadi pengobatan, hal hal seperti ini seharusnya juga disadari para dokter muslim, alangkah baik dan indahnya apabila semua dokter bekerja dengan berlandaskan islam, sehingga setiap apa yang dilakukannya, setiap yang di putuskannya tidak merugikan orang lain, contoh kasus seorang dokter yang tidak mau melakukan operasi kepada pasien yang belum menyelesaikan adminitrasi, ini sering sekali terjadi sehingga merenggut nyawa si pasien, mungkin ini lah yang dikatakan sudah jauh dari pedoman hidup kita yaitu Al qur'an, saya yakin mereka yang berpedoman kepada Al qur'an tidak akan melakukan hal seperti itu .
Untuk lebih memperjelas bagaimana hubungan erat antara ilmu kedokteran dengan islam.

Menurut al-Qayyim, dia seorang dokter wajib berlaku sesuai dengan duapuluh hal. Perlu dicatat bahwa butir ke 20 merupakan enam prinsip pengobatan yang menentukan apakah dia seorang dokter atau tidak.
1. Pertama melakukan diagnosa mengenai jenis penyakit.
2. Mencari penyebab yang ada dibalik penyakit tersebut.
3. Memeriksa pasien untuk menentukan kalau-kalau tubuhnya mampu mengatasi penyakit   atau keadaannya lebih lemah disbanding penyakitnya
4. Memeriksa pasien, perilaku dan kondisinya
5. Meneliti peruzat-peruzat kondisi pasien
6. Mencari tahu umur pasien
7. Meneliti kebiasaannya dan apa yang terbiasa baginya
8. Mengingat pengaruh musim
9. Memasukkan kedalam pertimbangan tempat asal si pasien
10. Mempertimbangkan kondisi atmosfir pada saat dia terserang penyakit
11.  mencari obat yang tepat dan sesuai
12. Meneliti keefektifan dan ukuran banyaknya obat
13. Dokter tidak saja bertujuan menyembuhkan penyakit, tetapi juga mencegah apa-apa yang lebih berat menjadi terjadi.
14. Memilih dan memberi resep dengan obat yang paling sederhana untuk pengobatan, itu dibenarkan.
15. Dokter meneliti apakah penyakitnya dapat di obati atau tidak.
16. Dokter tersebut tidak boleh mengeluarkan dulu zat-zat busuk (beracun) sebelum menjadi stabil dan matang
17. Dokter harus sangat luas pengetahuannya mengenai berbagai penyakit jantung dan jiwa serta cara-cara untuk mengobati penyakit-penyakit semacam itu.
18. Bersikap lembut dan sabar kepada orang sakit, seperti seorang yang lapang dada dan lembut kepada anak kecil.
19. Dokter harus menggunakan berbagai jenis obat biasa dan obat batin, sekalian dengan menggunakan mata hatinya.
20. Dokter harus membuat pengobatannya berkisar disekitar enam prinsip utama, yang merupakan landasan dari profesinya. Pertama, dokter harus memelihara kesehatan. Kedua, dia harus berupaya dan mengembalikan kesehatan yang hilang. Ketiga, dokter harus menyembuhkan penyakit. Keempat, setidaknya mengurangi beratnya penyakit. Kelima, dokter harus mengabaikan mudarat yang lebih kecil dan mengobati yang lebih besar. Keenam, dokter harus mengabaikan manfaat yang lebih kecil untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar. Ilmu pengetahuan kedokteran berkisar di sekitar enam prinsip dasar ini, dan dokter yang tidak berpegang kepada yang enam ini bukanlah dokter. Allah-lah yang Maha Mengetahui.
            Ringkasnya: seorang dokter harus kompeten (butir 17). Ia dituntut untuk mampu membuat diagnosa dan penyebabnya (butir 1-2). ia harus melihat pasiennya secara holistik. Ia bukan hanya mengobati jasmani tetapi juga rohani (butir 3 – 10). Ia harus berempati, memahami penderitaan pasien (butir 18-19). Dan akhirnya ia harus mengobati pasien dengan efektif dan efisien (butir 11-16).
4. Islam untuk disiplin ilmu gizi
Allah berfirman yang artinya:
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rizkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”. (QS. 5:8)
Selanjutnya makanan yang thayyib artinya yang baik, tentunya dari segi ilmu makanan/gizi yaitu makanan yang cukup mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air.
Kita mengenal pola makanan 4 sehat 5 sempurna, yang terdiri dari:
a. Makanan pokok (nasi/jagung/ketela/sagu/roti/gandum dll)
b. Lauk (ikan/daging/telur/tahu/tempe dll)
c. Sayur (daun ketela/daun pepaya/kembang turi/buah nangka muda dli)
d. Buah (pisang/pepaya/jeruk/duku/jambu/nangka dll)
e. Susu
            Jenis makanan yang diperintahkan Allah sebagaimana ayat-ayat di atas telah mengandung unsur-unsur gizi yang diperlukan oleh sel-sel tubuh kita seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Dengan memakan makanan yang memenuhi unsur gizi ini (thayyib) diharapkan tubuh akan berada dalam keadaan yang optimal sehingga daya pertahanan tubuh menjadi maksimal dalam menolak segala macam penyakit seperti penyakit infeksi (Tifus, TBC, Demam Berdarah, Desentri, Hepatitis dll), Penyakit Alergi (Asma, Gatal-gatal, Pilek dll), Penyakit Degenerasi (Diabetes, Jantung koroner, Stroke, Alzeimer dll), dan Penyakit Keganasan / Kanker (Payudara, Paru, Hati, Prostat dIl).
5. Islam untuk disiplin ilmu pengetahuan alam dan teknologi
            Islam adalah agama yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam hal pengkajian berbagai fenomena alam. Beberapa ilmuwan Muslim yang telah mengukir namanya dalam sejarah Ilmu Pengetahuan Alam adalah merupakan bukti tentang bagaimana Islam sebagai agama universal yang sangat konsen dengan pengembangan ilmu pengetahuan dari zaman ke zaman. Agama Islam telah memberi pilihan dan panduan kepada manusia tentang jalan hidup yang akan dilaluinya. Dengan ilmu pengetahuan, manusia akan lebih bijaksana untuk menentukan pilihan-pilihan hidup. Nabi Muhammad SAW (Salallahu ‘Alaihi Wassalam) mengatakan bahwa “Ilmu tanpa iman bencana, iman tanpa ilmu gelap”. Dengan demikian harus dilakukan pengkajian fenomena alam dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan alam dalam konteks mempertebal iman, takwa, da sikap rohaniyah kepada Tuhan dengan berpijak pada sejarah bagaimana kejayaan Islam dalam penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan sejak zaman pertengahan hingga sekarang adalah merupakan kesinambungan dan perubahan.
a.       Menurut ahli sosiologi Manuel Castells seperti dikutip Capra (2004, 107) mendefinisikan teknologi sebagai kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan. Teknologi bagai pisau bermata dua. Memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif nya dapat memberi kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, sedangkan dampak negatif nya adanya ketimpangan dalam kehidupan manusia yang dapat menimbulkan kehancuran alam semesta.
6. Islam untuk disiplin ilmu ekonomi
Ilmu ekonomi berhubungan dengan soal bagaimana suatu barang atau jasa diproduksi, misalnya teknik industri, manajemen atau pengembangan sumberdaya baru. Islam tidak mengatur secara khusus tentang ilmu ekonomi.
Pilar Sistem Ekonomi Islam (SEI) meliputi:
a.    konsep kepemilikan;
b.    pengelolaan kepemilikan;
c.    distribusi kekayaan di antara individu. Islam mengatur sedemikian rupa kepemilikan yang memungkinkan individu untuk memuaskan kebutuhannya seraya tetap menjaga hak-hak masyarakat. Islam membagi kepemilikan menjadi 3: milik pribadi; milik umum; milik negara.
7. Islam untuk disiplin ilmu pertanian
Mengkaitkan teknologi pertanian dan Islam bagi kami tidaklah hal yang mudah. Hal ini disebabkan teknologi Pertanian merupakan ilmu pengetahuan terapan sebagai cabang dari ilmu pertanian. Dalam Al Qur’an perihal pertanian banyak dibicarakan mulai dari macam tumbuhan hingga zakat yang harus dikeluarkan. Teknologi pertanian sendiri diartikan sebagai penerapan ilmu pengetahuan dalam rangka pendayagunaan sumber daya alam (pertanian) untuk kesejahteraan manusia.
8. Islam untuk disiplin ilmu pendidikan
            Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi.
Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori, tetapi isi lain juga ada ialah :
1. Teori.
2. Penjelasan tentang teori itu.
3. Data yang mendukung tentang penjelasan itu.
9. Islam untuk disiplin ilmu sosiologi
Sebagai agama yang universal, ajaran Islam bersifat komprehensip dan global dalam memberikan tuntunan kepada ummat manusia. Universalitas Islam menunjukkan bahwa ajaran Islam berlaku universal, untuk seluruh umat manusia di segala penjuru dunia sepanjang zaman. Universalitas Islam memberikan peluang terbuka kepada umat Islam untuk beradaptasi di segala bidang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat yang terus berkembang, sehingga ajaran Islam tidak pernah usang di makan zaman, tetap aktual ditawarkan kepada segenap umat manusia di manapun dan kapanpun waktunya. Hampir sebagian besar ayat-ayat al-Quran mengandung makna global, sehingga ajaran Islam selalu aktual menghadapi arus globalisasi sekalipun-yang sekarang ini banyak dibanggakan orang.
Ajaran fundamental Islam yang terangkum dalam rukun Islam dan rukun Iman banyak berimplikasi sosial. Syahadat misalnya, dalam konteks sosial, pernyataan pengakuan sangat diperlukan: saksikanlah bahwa saya seorang muslim, minimal untuk menunjukkan kepada kelompok masyarakat yang bermaksud mengajak berbuat dosa, melakukan perbuatan maksiat atau menyimpang dari ajaran Islam, agar tidak memaksakan kehendaknya mendukung perbuatan dosanya. Inilah prinsip hidup bermasyarakat secara islami, saling membantu dan menolong dalam hal kebaikan dan taqwa, bkan dalam maksiat dan dosa.
10. Islam untuk disiplin ilmu sejarah
Sejarah sebagai sebuah disiplin ilmu yang sistematis pertama kali disusun oleh umat Islam. Merekalah yang pertama kali memandang sejarah sebagai sumber ibrah dan pelajaran, untuk mengenal perjalanan waktu dan peristiwa yang terjadi di dalamnya. Perspektif seperti ini diajarkan kepada mereka oleh al-Qur'an dan Nabi Besar Muhammad Saw.


Al-Qur'an mengajarkan kepada umat Islam dasar dan metodelogi perjalanan sejarah dan menetapkannya sebagai kisah perjalanan yang tersusun rapi dengan berbagai ibrah dan pelajaran kehidupan. Kitab suci ini membawakan kisah-kisah yang juga disinggung dalam kitab-kitab suci sebelumnya yang terkadang dengan lebih rinci dan terkadang pula secara ringkas.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.  Pendidikan Islam masuk dalam disiplin ilmu dikarenakan telah memenuhi persyaratan ilmu pengetahuan yaitu:
a.    Pendidikan Islam mempunyai obyek material yaitu manusia sebagai peserta didik.
b.    Pendidikan Islam mempunyai metode.
c.    Pendidikan Islam mempunyai sistematika.
2. Perkembangan Sains dan Teknologi, Serta Karakteristik dan Sumbernya mempunyai dampak positif dan negatif bagi agama islam.
3. Ada sebelas hal yang dipelajari dalam disiplin ilmu menurut islam yaitu: dalam bidang ilmu filsafat, ilmu hukum sosial politik, ilmu kedokteran dan kesehatan, ilmu gizi, ilmu pengetahuan alam dan teknologi, ilmu ekonomi, ilmu pertanian, ilmu pendidikan, ilmu sosiologi, dan ilmu sejarah.
Saran
1.    Menjadikan Al Quran dan Al Sunnah sebagai pegangan hidup karena keduanya merupakan sumber ilmu yang paling utama.
2.     Sebagai umat islam kita harus selalu menggali ilmu pengetahuan yang berguna bagi umat manusia.
3.    Dapat mengaplikasikan ilmu yang di peroleh untuk kepentingan dan kemaslahatan umat manusia.


DAFTAR PUSTAKA

Ravertz, Jerome R. 2007. Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan.
            Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Ali, Mohammad Daud. 1988. Pendidikan Agama Islam. Cetakan Pertama. Jakarta: Rajawali         Press.
http://www.berryhs.com/2011/11/hubungan-ilmu-kedokteran-dengan-islam.html
http://www.hizbut-tahrir.or.id/, Ekonomi Islam: Mensejahterakan Seluruh Rakyat, Juni 2011   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar